SUDUT PANDANG
I SAMUEL 16:7
Baru-baru ini saya menonton sebuah video singkat yang memperlihatkan dua orang yang sedang melihat sebuah tulisan angka. Satu orang berada di sisi yang satu dan satu orang lagi berada di sisi lainnya. Yang satu menganggap bahwa angka tersebut adalah angka 9 dan seorang lagi berpendapat bahwa angkanya adalah 6. Dari hal ini saya berkesimpulan sudut pandang seseorang dapat menentukan pikiran mereka.
Dalam menjalani kehidupan bersama orang lain kita juga sering berbeda pendapat terhadap sesuatu karena cara pandang kita juga berbeda. Demikian pula dengan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Ketika persoalan terjadi, kita menganggap p soalan tersebut menjadi musibah bagi kita dan akan berpikir hal tersebut mendatangkan dampak negatif.
Ketika Samuel pergi ke Betlehem untuk mengurapi salah satu dari anak Isai untuk menjadi raja menggantikan Raja Saul, ia belum mengetahui siapa orang yang akan dipilih oleh Tuhan. Saat Samuel melihat Eliab yang tinggi, ia berpikir bahwa Eliablah yang dipilih Tuhan. Namun Tuhan berfirman kepada Samuel "Janganlah pandang parasnya atau perawakanyag tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." Begitu juga ketika Samuel melihat Abinadab dan Syama. Tuhan menolak mereka. Namun ketika Daud bertemu dengan Samuel, Tuhan berfirman agr Daudlah yang akan diurapi Samuel.
Sudut pandang Tuhan berbeda dengan cara pandang manusia. Saat kita mengalami persoalan, masalah dan pergumulan yang dirasakan sangat berat, kita merasa bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Benarkah demikian? Apakah kasih Allah hanya diukur dari setiap berkat yang kelihatan oleh mata kita? Yusuf meskipun harus mengalami pergumulan hidup yang tidak biasa; dibuang kedalam sumur kemudian dijual oleh saudara-saudaranya, di fitnah oleh isteri potifar yang mengakibatkan ia dimasukkan ke dalam penjara, tidak menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang buruk bagi dirinya. Ia justru dengan bijak menganggap hal ini merupakan rencana Tuhan yang baik bagi kehidupannya bahkan juga bagi seluruh keluarganya, Ia berkata kepada saudara-saudaranya setelah ayah mereka meninggal "memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara suatu bangsa yang besar" (Kejadian 50:20)
Teman-teman pemuda, kita sering memandang dari sudut yang berbeda dengan Tuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan karena kita hanya bisa memandang dari apa yang tampak secara kasat mata saja sehingga ketika kita berada dalam masalah atau pergumulan kita akan menjadi lemah bahkan mungkin saja akan membuat iman kita goyah. Apa yang kita rindukan untuk segera terjadi dalam hidup kita belum juga tercapai. Kita mengharapkan agar lulus dalam penerimaan mahasiswa di universitas yang kita dambakan. Namun pada kenyataannya hal itu belum atau bahkan tidak terjadi dalam hidup kita padahal kita sudah memintanya dengan sungguh-sungguh melalui doa kepada Tuhan dan sepertinya kita mulai bosan untuk berdoa.
Belajar dari kisah Samuel dalam memilih pengganti Raja Saul dan juga kisah Yusuf, kita hendaknya menyikapi segala sesuatu secara positif dengan senantiasa meminta hikmat dari Tuhan. Dengan hikmat yang berasal dari Tuhan serta melalui pimpinan Roh Kudus, kita dapat menjalani kehidupan dalam berbagai tantangan dan pergumulan hidup melalui sudut pandang Tuhan. Kita senantiasa mengimani bahwa apapun yang terjadi, ada maksud Tuhan yang baik bagi kita dibalik situasi-situasi yang kita alami dan kita juga percaya bahwa Tuhan selalu mereka-rekakan yang baik bagi orang-orang yang menaruh pengharapan penuh hanya kepada-Nya.
Tuhan memberkati kita. AMIN.
find us on instagram : ppjim_gkst
l_alone
Komentar
Posting Komentar